THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Monday 26 January 2009

Sebuah cerita fiksi yang hidup pada jiwaku


Va’ dove ti porta il cuore

(Pergilah ke Mana Hati Membawamu)

 

Dan kelak, di saat begitu banyak jalan

Terbentang di hadapanmu

Dan kau tak tahu jalan mana yang harus

Kau ambil, janganlah memilinya dengan

Asal saja, tetapi duduklah dan

Tunggulah sesaat. Tariklah nafas

Dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan,

Seperti saat kau bernafas di hari pertamamu di dunia ini.

Jangan biarkan apa pun mengalihkan

Perhatianmu, tunggulah dan tunggulah

Lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening,

Dan dengarkanlah hatimu.

Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah,

Dan pergilah ke mana hati membawamu…

 

 

Ada yang tidak berubah dalam kehidupan seorang perempuan sejak dulu.

Penghayatan atas kehidupan dan cinta, pengetahuan masa lalu, dan pemahaman diri sendiri.

Semua ini akan membuat kehidupan perempuan sarat makna.

 

 

Itulah cuplikan sekilas mengenai sebuah buku fiksi yang baru ku baca. Ketika mengawali membaca buku ini banyak alur yang tidak kupahami karena alur yang digunakan adalah alur maju mundur seperti yang dituturkan pada kata pengantar. Banyak gaya bahasa yang tak kumengerti. Namun semakin jauh aku membaca semakin ku mengetahui arah dari awal cerita itu bergerak ke mana. Sungguh pada awalnya aku males-malesan buat membaca buku tersebut karena sepertinya harus mempunyai waktu khusus untuk mencerna perjalanan yang ingin dikemukakan penulisnya. Namun semakin lama aku semakin penasaran ke mana tujuan akhir yang dikisahkan pada buku tersebut. Rasanya puas menaklukan suatu buku yang “kebetulan” tersentuh oleh jemariku yang digerakkan oleh hati pada sebuah pameran.

Sebuah karya sastra Italia yang tak sengaja ku baca ini benar-benar membuatku seperti hidup di dalamnya. Novel yang bener-bener “perempuan” banget… Mengupas jiwa perempuan secara jujur, intim, terbuka, dan apa adanya. Dari sisi ketakutan yang ada pada dalam jiwa perempuan hingga kekuatan yang membuat perempuan mampu bertahan di antara berbagai pilihan hidup. Bukan hanya karena sekedar kebanyakan tokoh yang dikupas kehidupannya adalah perempuan tapi juga karena nuansanya yang begitu “dalam” yang mengisyaratkan aura kehidupan perempuan yang begitu mendalam dan luas.

Karena jiwa perempuan di dalam buku ini dikupas dari berbagai sisi, sehingga aku merasa mendapat pembelajaran yang berharga dari sebuah cerita fiksi. Jadi, bagiku banyak hal yang bisa kupelajari dari sini…… Tapi aku juga takut tidak bisa mengamalkannya.

Di sini dikatakan bahwa bila kita ingin menilai orang lain, maka sebaiknya kita memakai terlebih dahulu “sepatunya” dalam 3 bulan. If you want to judge him, you must stand up on his shoes. Itu semua agar kita memahami motivasi, perasaan, serta apa yang menggerakkan seseorang melakukan sesuatu bukan yang lainnya.

Sebelumnya aku pun pernah membaca kata-kata yang kurang lebih seperti itu pada buku yang lain. Mungkin ini yang membuatku tak bisa untuk amat sangat membenci seseorang tanpa alasan yang rasional dalam kurun waktu yang lama. Padahal mungkin sifat ini bisa akan jadi bumerang buatku.

Kembali ke buku ini, aku merasakan buku ini punya jiwa meski bukan makhluk hidup. Karena adanya sisipan gagasan filsafat yang begitu indah sehingga tidak dapat dipisahkan dari isi ceritanya itu sendiri. Memberikan sentuhan yang membuat buku ini lebih dari sekedar cerita fiksi yang “kosong”.

Ah… Andai aku bisa menulis sebuah cerita, mungkinkah bisa seindah apa yang kubaca ini? Sayang aku sendiri masih belum mampu untuk menulis sebuah cerita dari sebuah serpihan hidup…

Blogged with the Flock Browser

Tuesday 20 January 2009

Firasat hati...

Inikah firasat itu…

Pada senja hari yang dingin…

Perasaan itu kembali menyergap…

Setelah jiwa terjaga dari tidur lelap menanti reda hujan petang itu

Kenapa jiwa tak mengikuti ke mana hati membawanya

Kenapa jiwa tak dengarkan bisikan peringatan hati kecilnya..

Kenapa jiwa selalu mengikuti keegoisan dirinya..

Kenapa jiwa terpedaya oleh bahagia semu

Inikah peringatan

Agar kelak kubiarkan hatilah yang menuntun

Kemana kaki ku kan melangkah..

Ya… lebih baik seperti itu…

Agar tak ada lagi sesal yang melingkupi jiwa

Hingga ia tak lagi terkurung dalam sedih

Dan kembali memancarkan kehangatan yang keluar dari hatinya…


Blogged with the Flock Browser

Seketika berbeda,,

Di hari penantian sebelum jiwa terbang

Pintu menuju beranda itu dibuka olehnya

Putih…

Warna kabut yang mengelilingi dirinya saat itu..

Ada apa..

Batinnya penuh tanya,,

Tak biasa aku melihat cuaca pagi yang seperti ini…

Begitu pikirnya

Cukup lama ia menatap situasi di sekelilingnya…

Sendiri,,

Ia nikmati itu semua…

Hingga ia sadar bahwa tak ada yang lebih baik

Selain berpaling sejenak

menghindari keriuhan situasi di luar ,,

Pada keadaan berkabut seperti ini..

Ia butuhkan waktu tuk menghirup udara segar..

Agar jiwanya tak semakin sesak oleh keruhnya udara yang selama ini ia hirup

Agar jiwa kembali berani berharap akan hadirnya pagi yang cerah

Bukan seperti pagi saat ini…

Kelam..

Berkabut…

Dan dingin..


Blogged with the Flock Browser

Bukan seberapa

Harga yang mahal dari sebuah pengorbanan

Bukan… bukan hanya angka nominal yang tertera pada selembar kertas yang bawa ku pulang

Bukan hanya sekedar waktu pertemuan yang sempit

Yang tak cukup tuk puaskan rindu pada mereka,

Keluarga tercinta…

 

Tapi pada kepulanganku kali ini…

Aku belum dapat berikan persembahan yang terbaik untuk mereka…

Aku belum bisa penuhi harapan mereka dan harapan ku sendiri…

Sepenuhnya aku sadar…

Bahwa ini… adalah kesalahanku

Yang lalai ,,,

Yang belum mampu membagi ‘jatah’ waktu yang Allah berikan padaku…

Sungguh kusadari…

Perjalanan ini sungguh berat…

Banyak hal yang menyita perhatianku…

Yang tak kuasa tuk kubiarkan berlalu,,,

Ah… aku kecewa…

Kecewa pada diriku sendiri…

Harusnya aku ingat..

Bahwa perjalanan yang membawa aku tuk sampai seperti sekarang

Memiliki nilai yang jauh lebih mahal

Yang tak bisa tergantikan oleh apapun….

Tapi ini belum seberapa…

Aku harus kembali menatap ke depan…

Agar aku tak semakin terjerembab oleh keadaan ini..


Blogged with the Flock Browser